Jumat, 23 November 2012

Panen Bibit Lele

Pembeli menghitung jumlah lele.
Para petani lele di desa Pondok kec. Nguter ini mayoritas membudidayakan lele untuk pembibitan, hal ini dikarenakan pembibitan dirasa lebih menguntungkan dibandingkan pembesaran mengingat harga pelet yang mahal. Dari perhitungan kasarnya dalam satu bulan dari satu kolam terpal ukuran 2,5 x 4 meter sekali panen rata-rata mendapat Rp. 500 rb dengan biaya produksi (pakan) Rp. 200 rb.



Biasanya pemanenan lele dilakukan oleh tengkulak dengan datang sendiri ke lokasi pembibitan untuk melakukan pemanenan sekaligus mengangkut hasil panen tersebut. Harga  bibit ikan lele ukuran 3-4 cm adalah Rp. 50/ekor. 

Panen Lele

Pemanenan  biasanya dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4 bulan dengan berat 200-300 gram per ekornya. Apabila waktu pemeliharaan ditambah 5-6 bulan akan mencapai berat 1-2 kg dengan panjang 60-70 cm. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan. Waktu pemanenan pada saat sore hari sekitar pukul 16.00 – 17.00 WIB untuk menghindari terjadinya stres.

Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah un tuk kemudian ditimbang, penimbangan dilakukan secepat mungkin dan cukup satu kali. Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan mobil pick up yang baknya telah dialasi terpal dan diberi air.
Dibawah ini adalah poto-poto proses panen di tempat Bpk Bagong di desa Pondok Kec. Nguter. Proses panen dilakukan pada sore hari jam 4.
Penimbangan ikan lele.

Lele diangkut dengan mobil pick up.
Biasanya pemanenan lele dilakukan oleh tengkulak dengan datang sendiri ke lokasi pembesaran untuk melakukan pemanenan sekaligus mengangkut hasil panen tersebut. Harga ikan lele saat pemanenan berada pada kisaran Rp 8000,00/kg dengan ukuran 1 kg size 12 ekor.

Teknik Tebar Benih Lele Tanpa Stres dan Minim Kematian

Penebaran benih adalah salah satu faktor yang menjadi kunci keberhasilan dalam usaha ternak dan budidaya lele. Kita semua tahu bahwa lele yang ditebarkan secara tidak benar akan mudah stres, sehingga lebih mudah terserang penyakit dan akhirnya mati.

Oleh karena itu, selain memperhatikan kualitas air kolam, kita juga harus memperhatikan secara betul proses penebaran benih lele kita, agar lele yang kita tebar memiliki kondisi tubuh yang fit, yang pada akhirnya meningkatkan tingkat keberlangsungan hidup lele kita (survival rate) dan memaksimalkan keuntungan kita dalam usaha ternak dan budidaya lele ini.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses penebaran benih lele adalah kualitas air kolam, ketinggian air kolam, proses adaptasi benih lele dengan kolam baru, dan waktu yang sesuai untuk menebarkan benih lele. Di bawah ini kami memberikan daftar yang mencakup keseluruhan faktor tersebut untuk proses pembenihan lele yang benar dan minim kematian.

1. Kedalaman Air Kolam 30 – 40 cm.
Kedalaman yang terlalu rendah akan mengakibatkan populasi ikan per meter persegi overcrowded, selain itu, lele merupakan ikan yang tidak terlalu cocok dengan panas sinar matahari langsung, oleh karena itu kedalaman air kolam yang terlalu rendah tidak memberikan ikan lele tempat ‘bersembunyi’ yang cukup dari sinar matahari.

2. Air Kolam Memiliki Pakan Alami (Plankton)
Sebelum dimasukkan, air kolam yang baik berwarna hijau muda jernih (bukan hijau muda pekat). Jika anda menggunakan kolam terpal, anda bisa memunculkan plankton sebagai pakan alami lele dengan cara menambahkan sedikit lumpur sawah dan kotoran kambing dalam air kolam sebelum memasukkan benih. Setelah didiamkan dua hari, air kolam akan menjadi berwarna agak kehijauan (tidak jernih sekali). Hal tersebut merupakan ciri kolam yang telah berisi plankton yang dapat digunakan oleh benih lele sebagai sumber pakannya.

3. Mengadaptasi Benih Lele dengan Kolam Baru
Benih lele yang baru saja dibeli dan ditransportasikan tidak boleh langsung ditebar begitu saja ke dalam kolam. Mereka telah menempuh perjalanan jauh yang berguncang-guncang, benih lele ada dalam keadaan stres dan kolam milik kita tentu saja memiliki suhu dan pH yang berbeda dengan kolam tempat kita membeli lele.

Meski lele pada usia benih tergolong kuat dibanding pada usia lainnya, ada baiknya jika kita mengadaptasikan terlebih dahulu benih lele tersebut. Cara mengadaptasikannya adalah sebagai berikut:

Apungkan ember/jerigen/drum/plastik tempat kita mewadahi bibit lele yang kita beli di atas kolam yang akan kita tebarkan. Hal ini dilakukan untuk membuat lele terbiasa dengan suhu kolam kita. Apungkan selama kira-kira 10 – 15 menit.
Buka tutup wadah secara perlahan-lahan dan biarkan air kolam masuk sedikit demi sedikit. Miringkan wadah lele secara perlahan-lahan agar air di dalam wadah bertukar dengan air kolam, dan biarkan benih lele keluar dengan sendirinya.
Jangan pernah melakukan proses penebaran secara langsung dan jangan pernah menebar benih lele pada siang hari. Penebaran hanya boleh dilakukan pada pagi dan sore hari, karena pada siang hari suhu air kolam terlalu panas sehingga dapat mengakibatkan benih lele stres ketika ditebarkan.
4. Penambahan Antibiotik Sebelum Penebaran
Ini merupakan cara tambahan (opsional) yang dapat anda lakukan sebelum anda menebarkan bibit lele anda. Yakni dengan cara merendam bibit atau benih lele dalam larutan antibiotik selama 15 menit. Larutan antibiotik tersebut dapat berupa OTC, tetrasiklin, dan supertetra sebanyak 1 sendok teh/10 liter air. Guna dari antibiotik ini adalah untuk mengantisipasi penyakit yang melekat pada kulit lele, dan memastikan bakteri tidak masuk pada luka di kulit lele yang mungkin terjadi akibat gesekan antar lele. Biasanya penjual bibit lele sudah menambahkan antibiotik ini pada benih lele yang anda beli.

Kami harap daftar di atas dapat membantu anda untuk meminimalkan tingkat kematian pada benih lele anda yang diakibatkan oleh penyakit dan stres. Semoga usaha budidaya lele yang anda lakukan sukses besar dan menghasilkan ikan lele yang berkualitas.

Kriteria Kolam Ideal

Kolam lele yang ideal adalah kolam lele yang menjaga kualitas air pada tingkat tertentu, mudah dibersihkan, dapat dibuat di tempat manapun, dan tahan lama.

Kolam lele haruslah dapat menjaga tingkat keasaman, kadar oksigen, dan suhu air pada tingkat yang sesuai, sehingga bakteri dan penyakit lele tidak mudah menyebar dan menyerang lele.

Kolam lele yang baik juga harus dapat mendukung proses intensif pembudidayaan lele. Artinya, meskipun kita memelihara banyak lele, memberi banyak pakan pada lele, kolam dapat dengan mudah dibersihkan dari kotoran lele dan sisa pakan tanpa perlu repot – bahkan kalau bisa otomatis.

Selain itu, kolam lele yang ideal adalah kolam yang dapat diletakkan di tempat manapun. Dalam artian bahwa kolam dapat dibuat di teras rumah, di halaman belakang rumah yang sempit, di beranda lantai atas, atau dimanapun tanpa memakan banyak lahan dan biaya.

Hal terakhir yang tak kalah penting adalah kolam lele yang ideal haruslah awet. Artinya kolam lele tersebut dapat digunakan selama bertahun-tahun. Kolam lele buatan sendiri yang umumnya dibuat dari bambu dan terpal misalnya, hanya dapat bertahan selama beberapa bulan, paling lama dua tahun.

Hal ini dikarenakan terpal dan bambu dapat lapuk jika terkena sinar matahari dan hujan secara terus menerus. Terpal yang lapuk (terurai) dan larut dengan air kolam dapat menjadi racun bagi ikan lele. Kolam lele yang ideal minimal harus sanggup bertahan selama 4 tahun tanpa meracuni air kolamnya.

Kolam haruslah dibuat dengan desain dan konstruksi yang memungkinkan kotoran dan sisa pakan untuk jatuh secara otomatis ke saluran pembuangan air dan kotoran. Caranya adalah membuat bagian dasar kolam yang miring ke arah lubang tempat pembuangan air dan kotoran.

Selain itu, kolam sebaiknya dilengkapi dengan aerator agar kebutuhan ikan atas oksigen terpenuhi. Sirkulasi air keluar dan kedalam kolam juga harus diperhatikan, untuk kolam besar, debit air masuk dan keluar juga harus besar agar kualitas air dalam kolam tetap stabil.

Ukuran kolam yang dibuat harus sesuai dengan jumlah bibit yang ditaburkan. Untuk pemula dengan intensifikasi budidaya yang tak terlalu tinggi, 1 m2 sebaiknya diisi dengan 150 bibit lele. Untuk pembudidaya ahli yang sudah paham dengan seluk beluk budidaya lele, sudah paham dan dapat mengatasi resikonya, bisa mengisi per m2-nya dengan 250 – 400 benih lele.

Hingga saat ini, kolam yang dapat dibuat dimana saja dan murah biaya pembuatannya tetaplah kolam terpal. Namun kolam terpal pada umumnya relatif tidak awet (umur maksimal hanya 2 tahun). Setelah 2 tahun, peternak lele biasanya harus membuang terpal beserta rangkanya dan membuat kolam baru dari awal.

Hal ini dapat diakali dengan membuat rangka yang kuat dan awet menggunakan kayu atau bahan baja ringan, namun tetap menggunakan terpal sebagai wadah airnya. Dengan demikian, ketika terpal sudah tidak layak pakai, yang perlu diganti hanyalah terpalnya saja. Sementara rangka masih dapat digunakan hingga 5 – 25 tahun.

Budidaya Ikan Lele dalam Kolam Terpal


Untuk mendapatkan lele yang berkualitas dan hasil yang memuaskan maka kondisi kolam harus disesuaikan dengan habitat yang disukai lele. Oleh karena itu, kolam terpal yang telah dibuat harus disesuaikan terlebih dahulu. Bibit lele yang baru dibeli juga harus diadaptasikan dan diberi perlakuan sebelum dimasukkan ke dalam kolam.
 a.     Penebaran Benih
Untuk pengkajian budidaya lele dalam terpal, kita tidak menggunakan media Lumpur, dalam hal ini kita langsung memasukan air dari sumber kedalam bak terpal, dengan urutan sebagai berikut :
a.       Kedalaman air yang digunakan 25 cm - 50 cm ( tinggi/selisih antara permukaan air dan terpal minimal 20 cm). dengan adanya selisih jarak tersebut diharapkan lele tidak meloncat keluar kolam. Setelah air penuh, kemudian diberikan garam dapur 25 gr/m3 air dan air perasan kunyit.
b.      Bila perlu diberi pupuk kandang awal dilakukan 2 minggu sebelum tebar dengan dosis pupuk kandang yang diberikan yaitu dengan dosis 500 - 700 gr/m2 atau dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, SP 36 20 gram/m2 dan ammonium nitrat 15 gram/m2.
c.       Untuk tahap awal dan mempertahankan kualitas air, perlu diberikan probiotik 10 ml/m3 air dengan tujuan untuk mempercepat penguraian bahan organik dan juga diberikan garam ikan sebanyak 2 kg/bak dengan tujuan sterilisasi dan membunuh bibit penyakit yang ada dalam air.
d.      Untuk pupuk kandang sebaiknya diberikan dengan cara digantung menggunakan karung atau jaring yang bertujuan agar hanya sari-sari pupuk saja yang keluar, sedangkan ampasnya tidak ikut keluar, dimana ampas pupuk dapat juga mengotori kolam yang pada gilirannya nanti dapat menjadi media penyebaran penyakit.
e.       Kolam terpal siap untuk digunakan setelah 3 - 5 hari proses pemupukan dan persiapan lainnya, dimana pada saat itu plankton didalam air diharapkan sudah tumbuh. Makanan alamiah yang berupa zooplankton, larva, cacing-cacing, dan serangga air. Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome), Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome), ankistrodesmus spp (gol. Chlorophyta).
f.        Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.
g.       Selanjutnya disiapkan bibit ukuran 7 - 8 cm dengan padat tebar 300 ekor/m2.Pemeliharaan dalam kolam terpal, sebaiknya tidak menggunakan bibit yang berukuran kecil agar tidak terjadi banyak kematian. Pemakaian bibit berukuran lebih besar akan lebih baik dan waktu pemeliharaan lebih cepat (misalnya 2,5 bulan sudah mencapai ukuran layak dikonsumsi). Bibit yang baru dibeli (baru tiba) jangan langsung dimasukkan ke dalam kolam. Bibit yang ada dalam bungkusan kantong plastik tersebut harus dituangkan bersama airnya ke dalam ember. Kemudian setiap satu jam ditambahkan air dari kolam ke dalam ember tersebut. Penambahan air tersebut dilakukan hingga 3 kali. Tujuannya, agar bibit lele dapat beradaptasi dengan suhu air dalam kolam.
h.       Setelah itu, bibit yang telah diadaptasikan tersebut dimasukkan ke dalam kolam terpal. Pemberian pakan berupa pelet yang telah dihaluskan dapat diberikan setelah beberapa jam kemudian setelah ikan menyebar diseluruh bagian kolam.
b.    Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan berupa pelet dengan kandungan protein berkisar antara 26-28 %. Pemberian pakan ini dilakukan secara berkala dengan dosis 3-5 % dari bobot total ikan dan frekuensi pemberiannya sebanyak tiga kali sehari (pagi, siang dan sore).
Pemberian pakan buatan (pelet) diberikan sejak benih berumur 2 minggu yaitu pakan berupa bentuk serbuk halus. Penghalusan butiran lebih praktis dengan menggunakan alat blender atau dengan cara digerus/ ditumbuk. Kemudian setelah itu berangsur-angsur gunakan pelet diameter 1milimeter barulah kemudian beralih ke pelet ukuran 2 milimeter (sesuai dengan umur ikan lele). Hal ini dimaksudkan agar pelet dapat dicerna lebih baik dan lebih merata oleh seluruh ikan sehingga meminimalisir terjadinya variasi ukuran ikan lele selama pertumbuhannya.
Kebutuhan pakan lele setiap ekor per hari adalah seberat 3 % dari berat badannya.Berat badan lele pada usia 65 hari adalah 120 - 125 g. Dengan demikian, dalam satu kilogram akan berisi 7 - 8 ekor lele.
Dengan tingakat Konversi pakan 0,85 : 1, maka pakan yang dibutuhkan selama masa pemeliharaan satu periode tanam (65 hari) dan tingkat mortalitas sebesar 10 % adalah 344,25 kg.
Sebagai alternatif untuk mencukupi kebutuhan pakan lele, sebaiknya diberikan pakan substitusi seperti dedak halus, limbah dapur, rayap, keong mas (siput murbei) bahkan bangkai ayam.
Jika di lingkungan sekitar terdapat sawah yang dipenuhi oleh keong mas maka hama tanaman padi tersebut dapat dimanfaatkan untuk pakan substitusi, sedangkan pakan substitusi seperti limbah dapur dapat diperoleh dari warung-warung nasi atau restoran. Untuk mengumpulkan limbah tersebut, sebaiknya disediakan tempat (ember) limbah yang dapat diambil setiap waktu. Demikian pula, jika di lingkungan sekitar terdapat peternakan ayam. Ayam-ayam yang mati dapat digunakan untuk pakan lele. Pakan substitusi ini mulai diberikan pada saat lele berusia satu bulan. Bangkai ayam yang digunakan untuk pakan harus masih segar (belum berbau busuk). Kemudian, bangkai tersebut dibakar hingga bulu-bulunya habis. Selanjutnya, badan ayam diikat dengan tali dan dimasukkan ke dalam kolam setelah daging ayam dingin. Ujung atas tali diikatkan pada tiang dinding kolam atau pada bambu/kayu yang dipalangkan di bagian atas lebar kolam. Hal ini bertujuan agar tulang-tulang ayam mudah diambil dan tidak bertebaran di sekeliling dasar kolam.
Pakan dari keong mas diberikan dengan cara mencacahnya terlebih dahulu. Setelah dicacah, keong mas dimasukkan ke dalam ember dan direndam beberapa saat dengan air mendidih. Setelah itu, air di dalam ember dibiarkan hingga menjadi dingin kemudian dimasukkan ke dalam kolam sesuai dengan kebutuhan.
c.   Pemeliharaan
Pemeliharaan lele di kolam terpal pada umumnya tidak berbeda dengan perawatan di kolam lainnya. Beberapa perawatan lele yang perlu diperhatikan dalam kolam terpal adalah sebagai berikut.
1)      Penambahan air dalam kolam Terpal
Bila air dalam kolam terpal berkurang karena proses penguapan maka tambahkan air hingga tinggi air kembali pada posisi normal. Penambahan air dilakukan hanya pada waktu-waktu tertentu, misalnya satu minggu sekali. Panambahan air dilakukan apabila ketinggian air dalam bak terpal berkurang/kurang dari ketinggian yang diharapkan (dalam setiap penambahan, air perlu ditambah setinggi 10 - 15 cm sehingga kualitas air tetap terjaga). Jika air didalam kolam berkurang perlu ditambahkan hingga ketinggian normal kembali
2)      Tanaman pelindung dalam kolam
Tanaman pelindung di dalam kolam berfungsi untuk melindungi lele dari terik sinar matahari dan juga sebagai makanan tambahan bagi lele. Selain itu, tanaman juga dapat mengisap kotoran di dalam air.
Jenis tanaman pelindung/tanaman air yang biasa digunakan yaitu kapu-kapu dan enceng gondok. Dalam satu kolam cukup dipilih salah satu tanaman tersebut. Jumlah tanaman di dalam kolam dibatasi hingga sepertiga bagian dari luas permukaan air kolam. Pertumbuhan akar eceng gondok pun harus dibatasi dan harus dikurangi secara berkala. Untuk membatasi pertumbuhannya yaitu dengan memberi pembatas berupa bambu yang diapungkan dan diberi tali serta bandul batu pada kedua ujungnya. Cara ini dilakukan selain tanaman tampak rapi juga agar sinar matahari dapat masuk ke dalam kolam. Cahaya matahari dibutuhkan dalam proses pertumbuhan lele. Tanaman air di dalam kolam berfungsi untuk melindungi lele dari terik sinar matahari dan makanan tambahan
 d.      Panen
Lele dipanen pada umur 65 hari, waktu panen diusahakan pada pagi atau sore hari yaitu pada waktu cuaca tidak panas dan suhu stabil (tidak begitu tinggi). Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 100 gram/ekor.
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu kepanasan. Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring. Setelah dipanen, biarlah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1- 2 jam (untuk pengangkutan jarak dekat) dan diberok selama semalam (untuk pengangkutan jarak jauh) dengan tujuan agar feses atau kotoran ikan keluar sehingga dapat lele tidak stress dan dapat mutu dan kualitas dapat dipertahankan.

e.      Pengangkutan dan Pemasaran
Setelah dipanen, sebaiknya lele langsung dipasarkan dalam keadaan hidup (segar). Adapun cara pengangkutan yang dapat digunakan adalah dengan system terbuka dan tertutup. Kalo menggunakan sistem terbuka sebaiknya menggunakan alat berupa tong/drum/bak. Untuk menguragi kematian selama perjalanan akibat perubahan suhu yang signifikan maka pada wadah tong/bak ditambahkan bongkahan es yang dibungkus plastik. Cara pengangkutan ini dapat dilakukan apabila jarak angkut cukup dekat atau waktu pengangkutan tidak lebih dari 4 jam.
Kalau menggunakan sistim tertutup, maka harus disediakan oksigen dalam jumlah yang cukup. Caranya siapkan kantong plastik, berikan air ¼ bagian dari kantong, isikan lele sebanyak 2-3 kg/kantong, berikan oksigen 2/3 bagian dari kantong. Pengangkutan sistim ini dilakukan apabila jarak angkut lebih dari 5 jam.

Kamis, 22 November 2012

Kolam Terpal





Kolam terpal merupakan salah satu alternatif kolam budidaya lele yang relatif murah jika dibandingkan dengan kolam lain seperti kolam tanah dan kolam beton. Kolam terpal juga mampu mengatasi berbagai resiko yang terjadi pada kolam tanah maupun kolam beton.
Kolam terpal sendiri dibuat dengan menggunakan terpal pabrikan yang dipres sehingga air tidak bocor. Lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat kolam terpal juga dapat berupa tanah tak terpakai, halaman belakang rumah, garasi yang tak terpakai, dan lahan-lahan tak terpakai lainnya.
I.    Keunggulan Kolam Terpal
a.       Lebih fleksibel, dimana penggunaannya dapat di integrasikan dengan kegiatan lain, seperti longyam, pertanian maupun perkebunan dan juga dapat ditempatkan disekitar rumah/pekarangan.
b.      Efesiensi pengunaan air, mengingat untuk budidaya lele sistim terpal kita hanya perlu mengisi air pada awal dan penambahan air dapat juga disesuaikan dengan kondisi, misalnya air dalam kolam terpal berkurang. Dengan demikian sebagai pembudidaya ikan lele tidak akan menjadi penyaing dalam pengambilan air irigasi.
c.       Dapat dibuat dan ditempatkan pada kondisi lahan yang poros/sulit air irigasi
d.      Air media budidaya tidak merembes keluar areal, sehingga akan mengirit penggunaan air bahkan air bekas pemeliharaan sebelumnya hamper setengah bagian dapat juga digunakan lagi untuk pemeliharaan selanjutnya.
e.       Biaya pembuatannya lebih murah daripada membuat kolam beton/permanent atau semi permanent.
f.        Jangka waktu ekonomis kolam terpal dapat mencapai 3 (tiga) tahun atau 4 kali siklus produksi.
g.       Mudah cara merakit/membuat kolam sistim terpal.
II.    Cara Pembuatan Kolam Terpal
Setelah semua bahan tersedia, terlebih dulu ratakan tanah yang akan di pakai untuk mendirikan kolam terpal, jangan sampai ada benda tajam di atasnya. Pada bagian dasar terpal diberikan sekam setebal ± 5 cm sebagai stabilitas suhu dan juga untuk menghindari agar terpal tidak terkeca batu atau benda lainnya sehingga terhindar dari kebocoran. Adapun cara pembuatan kolam terpal yaitu :
a.       Pasang patok (dari kayu usuk/kayu hidup) berbentuk persegi dengan panjang 5 meter dan lebar 3 meter dengan ketinggian 100 cm (jika sudah ditanam patok yang kelihatan ± 100 cm)
b.      Di sela-sela patok tersebut diberikan lagi beberapa patok tambahan dengan jarak 25 cm dengan ketinggian yang sama
c.       Setelah patok tersebut cukup kuat, lalu pagari/pasang belahan papan (begesting) atau bilah bambu berjajar dari permukaan tanah terus ke atas sampai ketingian 100 - 120 cm.
d.      Agar patok/rangka terpal lebih kuat dapat pula diberikan tumpukan batako pada bagian luar
e.       Jika rangka sudah kuat, maka terpal sudah siap dipasang pada bagian dalam petakan persegi yang telah disiapkan.
f.        Alasi rangka tersebut dengan sekam setebal 3-5 cm untuk menghindari kebocoran dan pengaruh benda tajam dibawahnya.

Setelah rangka selesai dibuat dan cukup kuat, maka terpal sudah dapat dipasang pada bagian dalam rangka. Pemasangan terpal harap hati-hati agar jangan sampai ada terpal yang bocor dan terlipat tidak beraturan. Pertama bentangkan terpal di dalam kotak persegi, kemudian ratakan, lipat terpal persis melekat di dinding/rangka, atur lipatan di setiap sudut supaya kelihatan baik, ikat kuat ujung terpal pada bagian sudut dan atas rangka. Jika masih ada terpal yang kelihatan tersisa, dapat dilipat ke bawah. Untuk memperpanjang jangka usia ekonomis terpal dan juga menjaga stabilitas suhu dalam kolam terpal, maka di atas kolam perlu dibuat pelindung/naungan yang terbuat dari daun kelapa atau plastik/ paranet. Untuk memudahkan sirkulasi keluar masuknya air dalam bak terpal, perlu dibuat/dipasang pipa pengeluaran yang letaknya di salah satu pojok/sudut bak.


Pipa pralon pengeluaran.


III.    Kelemahan Kolam Terpal
Meskipun memiliki beragam keunggulan, bukan berarti kolam terpal merupakan cara terbaik untuk membudidaya ikan lele. Khususnya jika anda ingin membudidaya lele dalam jangka panjang. Kolam yang lebih permanen akan lebih cocok untuk anda yang ingin menjadikan bisnis budidaya lele sebagai pemasukan utama anda.
Berikut beberapa kelemahan kolam terpal dibandingkan dengan kolam tanah maupun kolam beton:
Rawan bocor. Lahan tempat meletakkan kolam terpal harus bebas dari sudut-sudut lancip. Hati-hati juga dalam memberikan pakan tambahan untuk lele, karena terkadang makanan juga dapat menyebabkan kebocoran pada terpal. Hewan pengerat seperti tikus juga senang mengunyah terpal sehingga tikus juga merupakan salah satu penyebab utama bocornya kolam terpal. Terpal juga mungkin tertusuk kawat atau paku dari bambu penegak dinding kolam.
Mudah lapuk karena hujan. Peternak juga harus mencari cara agar bagian luar kolam terpal tidak sering terkena hujan, karena dapat menyebabkan terpal lapuk. Hal ini juga akan mengakibatkan rusaknya terpal sebelum waktunya.
Tidak awet. Usia rata-rata kolam terpal hanya sekitar 2 tahun. Sementara kolam tanah dan kolam beton dapat berusia hingga puluhan tahun selama dijaga agar tidak terlalu berlumut.
Miskin ion-ion dan mineral dari tanah. Salah satu keunggulan kolam tanah adalah karena tanah banyak mengandung mineral renik yang penting bagi nutrisi ikan lele. Tanah juga berfungsi sebagai penstabil ion dalam air. Ketika air kekurangan ion, tanah akan memberikannya. Ketika air kelebihan ion, tanah akan mengikatnya. Ikan yang dibiakkan di kolam terpal mungkin tidak tumbuh sebesar dan secepat ikan yang dibiakkan di kolam tanah kecuali jika pemilik menambahkan zat tambahan seperti mineral ke dalam air kolam terpal.
Air kolam terpal lebih cepat bau. Hal ini disebabkan karena kolam terpal tidak memiliki bakteri yang dimiliki oleh kolam tanah yang berfungsi sebagai perombak bahan organik dan penyuplai mineral bagi bakteri. Perombakan bahan organik yang cepat akan membantu mengurai pakan lele yang tidak habis sehingga tidak berada terlalu lama di dalam air. Kolam terpal akan lebih cepat bau karena proses pembusukan pakan lele yang tidak habis akan memakan waktu lebih lama dan dapat mengurangi kadar oksigen dalam air karena proses pembusukan (oksidasi) membutuhkan oksigen.
Pemilihan jenis kolam tentu akan sangat bergantung pada tujuan anda beternak lele. Jika anda mempertimbangkan masalah biaya, mobilitas, dan kemudahan pengembangan, tentu anda akan memilih kolam terpal.
Namun jika prioritas anda adalah kualitas lele, penggunaan kolam dalam jangka panjang, dan anda tipe orang yang tidak mau repot mengganti kolam tiap tahun, dan memiliki budget, maka tentunya anda akan memilih kolam yang lebih permanen seperti kolam beton atau kolam tanah.


Kolam Tanah


Kolam tanah kaya akan ion-ion dan mineral dari tanah. Salah satu keunggulan kolam tanah adalah karena tanah banyak mengandung mineral renik yang penting bagi nutrisi ikan lele. Tanah juga berfungsi sebagai penstabil ion dalam air. Ketika air kekurangan ion, tanah akan memberikannya. Ketika air kelebihan ion, tanah akan mengikatnya. Ikan yang dibiakkan di kolam tanah dapat tumbuh besar dan cepat daripada ikan yang dibiakkan di kolam terpal.

Air kolam tanah tidak cepat bau. Hal ini disebabkan karena kolam tanah memiliki bakteri  yang berfungsi sebagai perombak bahan organik dan penyuplai mineral bagi bakteri. Perombakan bahan organik yang cepat akan membantu mengurai pakan lele yang tidak habis sehingga tidak berada terlalu lama di dalam air. Kolam Tanah umumnya dikelola secara tradisional. Luas lahan yang dibutuhkan sangat bergantung dari usaha yang akan dijalankan. Untuk memperoleh hasil panen 100 Kg Lele konsumsi, diperlukan lahan seluas ± 30 m².


Yang perlu Diperhatikan dari Kolam Tanah (tradisional) adalah :

Pematang; tidak bocor, cukup tinggi sehingga cukup aman saat datangnya musim hujan.
Kualitas air; Sumber air yang masuk ke kolam harus diperhatikan, dan tidak tercemar, supaya sesuai dengan kondisi yang dubutuhkan Lele untuk cepat besar.
Ketinggian air; Idealnya dibutuhkan air untuk memenuhi badan kolam hingga ketinggian 30 - 75 cm ditambahkan bertahap sesuai dengan ukuran lele.
Ketersediaan air memadai sepanjang Tahun
Struktur tanah tidak Porous/ tidak mudah longsor
Lokasi bukan daerah banjir

Kolam Tanah umumnya memiliki hama ;

Kelelawar; berbahaya bagi lele yang masih berukuran kecil. 1 Kelelawar bisa menghabiskan banyak benih dalam 1 malam.
Ucrit; biasa menyerang benih lele. Ucrit adalah anakan dari kumbang air, warna hijau berbentuk panjang. Ucrit biasa hidup di sepanjang dinding kolam.
Kodok; Kodok sangat sering dijumpai hidup diareal persawahan. Apabila kolam Tanah berlokasi di lokasi persawahan, hama ini sudah dipastikan ada.
Ular; Ular merupakan pemangsa lele baik ukuran benih maupun lele berukuran besar. Namun untungnya Ular bukanlah hewan yang rakus soal makan. Ular yang mendapatkan mangsa bisa kenyang hingga kurun waktu 1 minggu hingga mulai mencari mangsa kembali.
Hama tersebut diatas umumnya adalah binatang malam, sehingga diperlukan kontrol didaerah sekitar kolam pada malam hari untuk mengusir pengganggu tersebut.